Jelang Musim Hujan, Wabup Supendi Khawatirkan Tanggul Sungai Cimanuk Jebol

Bising mesin otok (diesel) menderu memecah keheningan pagi hari saat dua perahu nelayan melaju di permukaan sungai Cimanuk. Dua perahu nelayan itu tidak sendiri. Di belakangnya ada tiga perahu karet yang mengiringinya. Tidak lama, permukaan air pun terbelah dan membentuk sebuah gelombang setelah iring-iringan perahu itu berlalu.

Hari itu, Rabu 21 November 2018, cuaca  berawan. Bahkan gerimis pun sempat turun meski sebentar. Namun hal itu tidak menyurutkan tiga perahu nelayan dan 3 perahu karet untuk melaju menyusuri sungai Cimanuk tanpa rasa takut dan khawatir, mulai dari Desa Rambatankulon dan berakhir di Bendung Karet Waledan Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi.

Perahu nelayan yang paling depan diisi rombongan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) yang dipimpin Wakil Bupati Indramayu Drs. H. Supendi, M.M. sementara 3 perahu karet diisi tim gabungan yang terdiri dari Kofim 06/16 Indramayu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Indramayu, Basarnas, dan PMI Indramayu.

Rombongan yang dipimpin oleh Wabup Supendi ini menyusuri sungai Cimanuk sepanjang 15 km untuk melihat titik-titik kritis di kanan-kiri tanggul sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk itu.

Langkah susur sungai Cimanuk ini dilakukan sebagai tindaklanjut dari Rapat Koordinasi (Rakor) siaga bencana dengan Pemerintah Provinsi Jabar. Hal yang paling penting dari kegiatan ini adalah antisipasi terhadap bencana di musim hujan, terutama jebolnya tanggul Sungai Cimanuk yang dapat merendam permukiman dan ratusan hektar sawah.

Sepanjang perjalanan, Wabup Supendi fokus melihat DAS Cimanuk. Pandangannya tertuju pada longsoran-longsoran di kanan-kiri tanggul sungai yang menjadi titik-titik kritis jebolnya tanggul. Beberapa tanggul memang terlihat mengkhawatirkan.

“Sungai Cimanuk ini hulunya di Garut, melintasi Jatigede, dan hilirnya di Indramayu. Bila musim hujan tiba, debit airnya meningkat. Kita khawatir tanggul-tanggul yang kritis ini jebol merendam permukiman masyarakat dan sawah,” jelas Wabup Supendi.

Wabup Supendi menjelaskan, ancaman jebolnya tanggul yang mengakibatkan banjir bandang sangat mungkin terjadi kalau titik-titik kritis sepanjang DAS Cimanuk tidak segera direvitalisasi. Sedangkan untuk merivitalisasi kewenangannya ada di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung.

“Kita berangkat dari Rambatan ke utara saja setidaknya ada 7 titik tanggul yang kritis atau rawan menjebol tanggul. Belum ke selatan sampai ke Bondan. Tanggul Cimanuk itu dibuat puluhan tahun yang lalu, dan sampai sejauh ini belum ada revitalisasi. Kalaupun ada penanganannya hanya darurat saja,” jelasnya.

Koordinasi dengan BBWS Cimanuk Cisanggarung

Terkait dengan banyaknya titik-titik kritis tanggul sepanjang DAS Cimanuk itu, dalam waktu dekat pihaknya segera berkoordinasi dengan BBWS Cimanuk-Cisanggarung untuk meminta langkah-langkah konkret dan antisipasi terhadap kritisnya tanggul sungai Cimanuk. “Kita berharap BBWS Cimanuk Cisanggarung juga memperhatikan hal ini. Kita koordinasi dengan BBWS untuk melaporkan papa yang sudah kita lihat,” tandasnya.

Wabup Supendi meminta kepada BBWS Cimanuk Cisanggarung agar dapat duduk bersama-sama mencari solusinya. “Bagaimanapun dampaknya akan ke masyarakat. Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi. Solusinya adalah dengan kerja secara bersama-sama antara BBWS dan pemerintah daerah. Langkah-langkah BBWS kita support, karena jangan sampai masyarakat menjadi kobannya,” tegas Wabup.

Di tempat yang sama Kepala BPBD Indramayu Edy Kusdiana mengatakan, tanggul Sungai Cimanuk yang harus mendapatkan perhatian ekstra yakni sepanjang aliran sungai dari Bangkir hingga Waledan. Kondisi tersebut pun juga disampaikan saat Rakor siaga dengan Pemprov  Jabar beberepa hari lalu.

“Terdapat 7 titik tanggul yang masih kritis,” terang Edi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Indramayu. Ini yang menjadi perhatian kita menjelang musim penghujan,” tandasnya.

Sementara itu langit makin berawan, cuaca mulai tidak bersahabat, dan air di sungai Cimanuk menghanyutkan lumpur nun jauh sampai ke muara. Bising mesin otok dan perahu karet sudah tidak terdengar lagi. Namun hati ini terus berdoa semoga kekhawatiran jebolnya tanggul sungai Cimanuk tidak akan pernah terjadi. (aa deni/dedy suprayogi—diskominfo)